Wednesday, April 17, 2013

KUSNAN, KONI DKI DAN JAS MERAH Oleh A.R. Loebis

Jakarta, 3/4 (ANTARA) - Tokoh olahraga dari jaman ke jaman, Kusnan Ismukanto, kini sedang sakit tapi suaranya amat lantang saat berbicara tentang kegalauan menjelang Musorprov KONI DKI 2013, malah mengkaitkannya dengan "Jas Merah" Soekarno. 
   "Jangan sekali-kali melupakan sejarah" atau ketika itu biasa disingkat dengan "Jas Merah", merupakan tajuk pidato Ir Soekarno sebelum lengser dari kursi kepresidenan. 
   Pesan singkat itu diungkapkan presiden pertama RI, agar orang tidak melupakan sejarah yang akhirnya berujung menjadi harapan hampa. Sejarah hanya dimaknai dalam urutan tanggal untuk sekadar diperingati sebatas momen seremonial, sehingga makna hakiki peristiwanya jarang atau bahkan sama sekali tak disentuh, kata Bung Karno ketika itu. 
   "Para peserta yang terlibat nanti dalam Musorprov KONI DKI harus Jas Merah alias jangan sekali-kali melupakan sejarah," kata Kusnan, yang menjabat wakil ketua umum KONI DKI, mengomentari pemilihan ketua umum KONI DKI di salah satu hotel di Ancol, 6 April.
        Kusnan saat ini sedang berobat jalan, - karena menderita penyakit kanker, - namun suaranya masih amat lantang ketika berbicara di tengah pertemuan kangen-kangenan dengan wartawan masa lalu di Jakarta, Selasa. 
   Apa pasalnya sehingga mantan ketua umum KONI DKI dua periode awal 90-an ini uring-uringan?
   Pada awalnya ia mambagikan naskah tulisannya dengan judul "Mengapa Musorprov DKI Jakarta Tahun 2013 Memprihatinkan"? Ia mengupas dinamika berdirinya KONI DKI sejak masa Ali Sadikin pada 1967, yang tidak mungkin berjalan sendiri tanpa berafiliasi dengan pemerintah. 
   "Bung Karno memilih Gubernur Ali Sadikin sebagai ketua KONI DKI pada 28 April 1966 karena kemampuannya mengatasi kesulitan dan membawa Jakarta menjadi kebanggaan rakyat," kata Kusnan. 
   "Saya perlu orang yang keras, tegas dan pemberani," kata Bung Karno ketika itu dan Bang Ali pun, kata Kusnan, mengatakan bahwa olahraga ibarat pegangan hidupnya.
        Persiapan kontingen PON VII 1969 di Surabaya, disiapkan Bang Ali dengan serius dan akhirnya Jakarta mendapat medali terbanyak, melebihi jumlah medali tiga propinsi, Jabar, Jateng dan Jatim. 
   Kusnan dengan bersemangat membeberkan sejarah olahraga Jakarta dengan segala sepak terjang kepengurusan dan prestasi yang diraih para atletnya.
        "Saya pecinta olahraga, saya pecinta KONI DKI, gak mungkin saya tinggalkan," katanya. 
   "Saya tidak ingin ada gontok-gontokan menjelang Musorprov 6 April mendatang. Saya tidak ingin ada politisasi dalam organisasi itu," katanya. 
  
Rebutan kursi
   "Banyak orang yang ingin jadi ketua umum KONI DKI, tapi orang yang bagaimana?," kata Kusnan, yang merasa khawatir organisasi olahraga Jakarta itu "jatuh" kepada orang yang salah. 
   Setelah Audy Tambunan mundur sebagai bakal calon ketua umum, lalu muncul manuver ketika Sekretaris daerah  (Sekda) DKI Jakarta Fadjar Panjaitan diusung maju bersaing dengan incumbent Winny Erwindia dan Yudhi Suyoto.
        Pencalonan Fadjar dianggap terbentur dengan kriteria yang dibuat Tim 9 Penjaringan Calon Ketum KONI DKI. Salah satu syarat seseorang bisa mencalonkan diri adalah mereka tidak sedang menjabat sebagai pejabat publik, mengacu kepada Undang Undang No. 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional (SKN) pasal 40.
        Menurut Tim 9,  seperti diberitakan media massa, bila Fadjar tetap maju sebagai calon ia harus sudah tidak menjabat sebagai pejabat publik.
        Calon incumbent Winny Erwindia mengklaim didukung 39 cabor saat mendaftar ke Tim 9, Februari lalu, dan Yudi Suyoto dengan 13 cabang. Fadjar Panjatian yang juga ketua IPSI Pengprov DKI Jakarta mendapat dukungan 11 cabang.
        Dengan demikian, terjadi peluberan dukungan cabor, karena dari klaim ketiga kandidat, jumlahnya mencapai 63, padahal total suara adalah 57 tambah suara KONI wilayah. 
   "Berarti ada suara ganda dan nanti akan diketahui. Konsekuensinya, jika terdapat ganda, maka suaranya hangus," kata Audy Tambunan, salah seorang anggota Tim 9.
        Seorang bakal calon ketua umum minimal didukung 10 cabang olahraga. Terkait pencalonan Fadjar Panjaitan kemungkinan akan terganjal karena terbentur dengan UU Olahraga NO.3 tentang pelarangan pejabat publik rangkap jabatan.
        "Tapi. nanti akan kita periksa dulu, tim 9 pasti meneliti satu-persatu persyaratan untuk lolos verifikasi sesuai klasul yang telah disepakati," ujar Audy.
        Dengan demikian, ada tiga tokoh yang bersaing menuju kursi nomor satu KONI DKI periode 2013-2018, yaitu incumbent Winny Erwinidia yang mengantar Jakarta sebagai juara PON Riau 2012, mantan kepala Dinas Pemuda dan Olahraga DKI Yudhi Suyoto serta Fadjar Panjaitan. 
   Kusnan yang kenyang makan asam garam pengalaman baik di KONI DKI maupun sebagai pengurus di KONI Pusat, kelihatannya amat faham dengan "permainan" yang terjadi di belakang layar menjelang pemilihan ketua umum pada 6 April. 
   Ia khawatir organisasi olahraga itu menjadi landasan berpolitik kalangan yang tidak murni untuk mengurus olahraga, sehingga ia memandang perlu melihat ke belakang dengan moto dan prinsip "Jas Merah" Soekarno, karena orang yang berjiwa besar selalu memandang sejarah sebagai pijakan masa kini menuju keutuhan masa depan. 
   Kusnan Ismukanto, di usia senjanya yang divonis dokter menderita penyakit kanker, bukannya termangu memikirkan penyakitnya, tapi malah tergugah dengan perjalanan organisasi KONI DKI.
        Selamat Musorprov 2013 KONI DKI. 

(T.A008/B/A. Budiman/A. Budiman) 03-04-2013 14:44:08

No comments: