Thursday, September 23, 2010

ZUERA, SEAN DAN KARTING DUNIA Oleh A.R. Loebis

Jakarta, 21/9 - Dengan diikuti 125 peserta, Kejuaraan Dunia Karting CIK-FIA yang diadakan untuk yang ke-47 kalinya di Spanyol, merupakan kejuaraan yang cukup menjanjikan bagi banyak pihak.

Melihat begitu banyak peserta yang datang dari berbagai negara, tampaknya perhatian harus surut pada tahun 1993, ketika 127 peserta tampil pada kejuaraan Formula A di Laval, Prancis.

Tapi keputusan CIK-FIA untuk menyelenggarakan Kejuaraan Dunia kategori KF2 ketimbang Super KF merupakan jawaban atau penjelasan mengapa peserta yang datang begitu spektakular.

Lintasan Sirkuit Internasional Zuera dengan panjang 1.700 meter, terletak di utara Zaragoza, Spanyol, merupakan dambaan para pebalap muda di bidang karting dan mereka datang membawa nama besar tim masing-masing untuk berlaga pada 17-19 Setember 2010. Tidak tanggung-tanggung, mereka datang dari 29 negara, di antaranya satu orang pebalap masih teramat muda, berusia 13 tahun, membawa bendera Merah Putih.

Perseteruan pun lahir dan berkembang di antara para pebalap. Di antaranya pemain muda dari Mc Laren Young Driver Development Programme, Nyck de Vries (Belanda) dan Oliver Rowland (Inggris) serta pebalap dari Ferrari Driver Academy, Raffaele Marciello (Italia) dan Brandon Maisano (Prancis) serta Nyck de Vries yang menjadi perhatian dunia. Juara CIK-FIA European Junior 2009 itu merupakan calon pebalap besar karena kiprahnya di berbagai kejuaraan resmi mau pun tidak resmi.

Bidang media perlombaan dalam laman mereka mengatakan, para pengamat sulit meramalkan siapa yang akan tampil sebagai juara. "Entry list begitu panjang dan mereka semua merupakan talenta muda yang amat berbakat," demikian dilansir mereka dalam laman cikfia.com.

Bahkan panitia penyelenggara dalam artikelnya menuliskan: Zuera, Karting World`s Epicentre`.

Di antara mereka ada pula pemain dari Denmark Moller Madsen (juara European KF2 Champion 2010), Kevin Munkholm dan Jakob Nortoft, dari Portugal David Da Luz (juara World Cup untuk KF2 pada 2009), dari Belgia Sebastien Bailly dan Guillaume de Ridder, dari Finlandia Teemu Suninen, dari Jepang Yu Kanamaru, dari Italia Matteo Vigano dan Ignazio D`Agosto.

Dari Australia Gilbert Mitchell, dari Inggris Jordan Chamberlain (juara European KF2 pada 2009) dan Alexander Walker, juga atlet dari Swiss Michael Heche. Masih ada jagoan dari Inggris Ben Hanley, Yan`nick de Brabander dari Finlandia dan Simo Puhakka serta tiga pebalap Scandinavia, Michelle Gatting dari Denmark (urutan ketiga Asia-Pacific KF2 Championship Mei lalu di Jepang), dari Norwegia Ayla Agren dan dari Finlandia Laura Koivuluoma.

Nah, di antara puluhan pebalap muda tapi sudah malang melintang di kancah perlombaan dunia itu, tampil Sean Gelael dari Indonesia. Anak ABG yang masih sekolah setingkat kelas dua SMP ini, untuk pertama kalinya muncul di tingkat dunia.

Ia memang juara nasional 2010 kendati seri kejurnas belum usai, dan pemuncak klasemen karting Asia (AKOC), tapi untuk kejuaraan dunia? Ini yang membuat pengamat karting terus membuka mata mengawasi kiprah atlet yang kecil-kecil sudah disponsori Coca Cola ini.



Kualifikasi melelahkan

Setelah semua pebalap melalui 12 sesi babak kualifikasi silang yang cukup melelahkan, akhirnya terpilih 34 peserta yang tampil pada babak final pertama dan 38 orang masuk pada babak final kedua. Cukup mengejutkan, Sean Gelael masuk dalam daftar peserta yang ikut pada laga final kedua.

Walau tidak tampil sebagai juara (yang dimenangi Nyck de Vries-final 1 dan Carol Basz-final 2 dari Polandia), Sean berada pada urutan 20 (cikfia.com) dan kemudian disebutkan posisinya naik ke urutan ke-17. Sean mendapat pengalaman luar biasa berharga, karena untuk dapat masuk lomba final 2 saja sudah amat berat dan banyak peserta dari Eropa yang berguguran.

"Ini merupakan pengalaman hebat dan semoga membantunya dalam perlombaan lainnya," kata Ricardo Gelael mengomentari puteranya itu, "Ini amat perlu untuk menambah jam terbangnya."

Sean amat menghargai perlombaan itu. "Saya gembira dapat menimba pengalaman yang amat berharga. Perlombaan dunia itu amat kompetitif. Tingkat persaingan dan sulitnya amat jauh di atas tingkat Asia," kata Sean dengan menambahkan, lawannya amat cekatan sepertinya dapat menyusul dari arah mana saja.

Sean memang sedang memandang jauh ke masa depannya, ia harus memiliki mimpi dan impian. Ia pernah menyandang penghargaan MURI sebagai navigator termuda Indonesia, bahkan dunia, ketika berusia 10 tahun. Ia juara nasional navigator 2008. Ia sudah amat terbiasa dengan kehidupan balapan bersama tim internasional, sehingga mentalnya terasah.

Ia sedang mengincar lomba selanjutnya, bisa jadi Formula 3 Eropa atau kejuaraan lainnya, sebelum mengenyam kejuaraan dunia reli mobil dalam dua atau tiga tahun mendatang. Karena ia pada 1 November mendatang baru berusia 14 tahun, sedangkan untuk kejuaraan dunia reli (WRC) yang diincar baru dapat diikuti peserta 16 tahun ke atas.

Banyak pebalap ABG yang sedang muncul di Tanah Air, umumnya berawal dari gokart atau karting, --bahkan ada yang sudah beranjak ke kejuaraan Formula 3 Eropa,-- dan semoga salah satunya yang akan menyusul mengharumkan negara dan bangsa adalah Muhammad Sean Gelael.