Wednesday, April 17, 2013

SEAN TAKJUB DI SIRKUIT MONZA Oleh A.R. Loebis

Jakarta, 26/3-2013 (Antara) - Pemilik Double R Racing Team,  Anthony "Boyo" Hieatt,, menyatakan takjub menyaksikan penampilan Sean Gelael, di usianya 16 tahun, termuda dari seluruh peserta dan paling minim pengalaman, tapi melakoni debutnya dengan amat tenang pada laga putaran pertama FIA F3 Eropa 2013.
         Pebalap "rookie"  itu baru tujuh kali menaiki kendaraan  Dallara-Marcedes di sirkuit bersejarah Monza, Italia, namun ia mampu menempatkan diri  di urutan ke-14 pada race pertama, kemudian para race kedua di urutan ke-16 dan race ketiga urutan ke-18. 
   "Boyo" menyatakan kekagumannya, karena Sean sebagai pebalap termuda tapi mampu meningkatkan performanya dan ia menunjukkan bakat dan minat yang cukup tinggi. 
    "Begitu banyak kecelakaan di depannya pada race pertama, tetapi ia tetap berhasil fokus dan mempertahankan konsentrasinya. Ia melakukan hal tidak biasa, yaitu membuat waktu lebih cepat dari waktu sesi penyisihan. Ia kelihatan amat ingin belajar. Semua masih baru bagi dia. Ia juga belum pernah melaju kencang menggunakan ban basah. Ia berlomba di Asia menggunakan ban yang tidak pernah dalam cuaca dingin," katanya. 
    Tiga urutan teratas pengumpulan poin pada laga diwarnai hujan dan salju Sabtu dan Minggu itu, sudah kenyang makan asam garam perlombaan F3. Mereka adalah Raffaella Marciello kelahiran Zurich dan tinggal di Caslano, Italia, Pascal Wehrlein kelahiran Jerman dan Herry Tinckbell dari Inggris.

        Marciello kelahiran 1994 pada 2011 urutan ketiga F3 Italia dan pada 2011 tujuh kali memenangi lomba F3 Eropa dan sebagai runner-up klasemen umum. Wehrlein kelahiran 1994 pada musim 2012 urutan kedua Seri F3 Eropa dan keempat Formula Eropa sedangkan Tinckbell yang lahir pada 1991 urutan kelima F3 Inggris pada 2012.
        Sean pada musim 2012 urutan kedua klasemen Asia pada Kejuaraan Formula Pilota China dan di tangga keempat pada klasemen umum. Semua para pebalap F3 yang merupakan anak tangga menunju F1 itu, sebelumnya berkecimpung dalam kejuaraan karting di Eropa. 
   Siswa setingkat kelas dua SMA, Sean Gelael (16),   menempati urutan ke-14 dari 30 peserta yang berlomba pada Race 1 di Sirkuit Monza , setelah meluncur dari posisi start ke-27 dan  membuat catatan total 34 menit 24, 061 detik setelah melaju selama 19 putaran. 
   Waktu yang diukir Sean terpaut 56, 183 detik dari juara pertama Raffaele Marcielo yang menoreh catatan 33.27, 878 detik. 
    Rekan setim Sean dari Double R Racing Team, Antonio Giovinazzi asal Italia, mengalami masalah mesin setelah tabrakan, padahal hingga putaran ke-18 ia sudah tampil cepat dengan catatan 32.38, 994, namun berhenti pada putaran terakhir dan berada di urutan ke-22 pada klasemen akhir. Rekan setimnya pebalap puteri Tatiana Calderon asal Bogottta dan tinggal di Madrid, di urutan ke-19. 
    Setelah  tampil sebagai tercepat ke-14 pada Race 1,  Sean menyelesaikan Race 2 dan Race 3 di urutan ke-16 dan ke-18. 
   Setelah melaju dari posisi start ke-26 pada Race 2, Sean menyelesaikan balapan sebanyak 14 putaran di lintasan sepanjang 5,793 km itu dengan catatan  waktu 37 menit 35,576 detik, berada di urutan ke-16 dan terpaut 17,106 detik dari juara Pascal Wehrlein dari Worndorf, Jerman, yang mencetak waktu 37:18.470.

    Antonio Giovinazzi, berada di urutan ke-17 dan Tatiana Calderon di urutan ke-22. 
   Pada Race 3 yang diadakan Minggu waktu setempat,  Sean  melaju dari posisi start 24 dan setelah melaju dalam delapan putaran, ia menyentuh garis finis di urutan ke-18 dengan catatan 21: 09.194, terpaut 1:03. 648 detik dari pebalap tuan rumah Raffaele Marciello yang mengukir waktu 20:05. 546. 
    Antonio berada di urutan ke-13 dan Tatiana di tangga ke-22. Marciello sebagai juara Race 1 dan Race 3, kini memimpin perolehan poin sementara (55,5 poin) dan berada di puncak klasemen.

         "Saya berharap dari waktu ke waktu dapat lebih baik lagi," kata Sean  mengomentari perlombaan itu.
   
Mampu bersaing 
   Siaran pers dari panitia menyebutkan, pebalap Double R Racing itu mampu bersaing dengan penyandang gelar juara British Formula 3 National Class, Spike Goddard dari  Australia, dan juara Formula 3 Italia Nicholas Latifi dari Kanada, ketika ia akhirnya berada di urutan ke-14. 
   "Hujan deras yang turun Minggu, sedangkan temperatur menurun, masih mampu diatas Sean yang kurang pengalaman itu, sampai akhirnya ia berada di urutan ke-16 dan ke-18," kata Jeffrey JP dari anggota tim Sean GP. 
   "Ini merupakan pengalaman besar bagi saya," kata Sean,sambil menambahkan "Saya kecewa pada babak kualifikasi, khususnya ketika saya mendapatkan tanda salah pengibaran bendera itu. Tapi pada race pertama saya berhasil naik dari urutan ke-27 ke urutan ke-14. Saya gembira dengan pencapaian saya itu". 
   "Saya belum pernah mengemudi kendaraan dalam kondisi buruk seperti Minggu itu. Rasanya buruk sekali mengalami hal seperti itu pada debut saya di Formula 3, tetapi saya berhasil menaikkan kecepatan saya dari waktu ke waktu. Masalahnya, saya tidak bisa melihat ke depan ketika ingin menyalib lawan saya. Akhirnya, balap itu hanya untuk bertahan saja. Saya sempat melaju di atas krikil karena saya tidak bisa melihat arah jalan saya," kata Sean.

         Persaingan dalam Kejuaraan FIA F3 Eropa itu memang cukup sengit, karena banyaknya pebalap berbakat yang tampil.
       "Tak dipungkiri lagi bintang balap profesional di masa depan sudah mulai kelihatan di ajang Kejuaraan Formula 3 Eropa ini," kata Presiden FIA, Jean Todt. 
    Apakah pebalap Indonesia suatu saat akan berlaga bersama para pebalap dunia di ajang perlombaan Formula Satu yang berputar dari satu negara ke negara lain itu?
    Kita tunggu dan saksikan, yang terpenting perlu dukungan semua pihak!   ***4***

a008/b/a011
arnaz

SEAN TAKJUB IKUTI F3 MONZA

Jakarta, 22/3 (ANTARA) - Sean Gelael melakukan debut luar biasa pada usia 16 tahun, ketika berada di tengah 30 pebalap dari berbagai benua yang akan berlomba pada putaran pertama Kejuaraan FIA Fomula 3 Eropa 2013 di Sirkuit Monza, Italia, pada akhir minggu ini.
        Kejuaraan itu merupakan jenjang menunju ajang perlombaan Formula Satu (F1) dan setelah "lulus" pada F3, pebalap belia putera Ricardo Gelael itu akan naik satu tingkat ke perlombaan GP-2.
        "Saya tahu perlombaan nanti pasti sangat ketat, apalagi hampir semua pebalap lawan saya sudah mencicipi lomba ini ketika saya masih berusia 10 tahun," kata Sean mengomentari balapan awal dari 10 putaran yang akan berlansgung sepanjang 2013. 
   "Saya merasa takjub. Target saya adalah belajar dan maju terus dan saya akan melakukan yang terbaik bersama tim saya," ungkap juara kedua Formula Pilota China itu.

        "Bila saya berhasil menghindari semua insiden seperti yang selalu terjadi di Monza, saya yakin saya akan memiliki peluang mendapatkan poin. Dan bila itu terjadi, bagi saya itu sama dengan suatu kemenangan. Tapi hal yang paling penting adalah tampil bertambah baik dari waktu ke waktu," kata Sean. 
   Hitung angka mundur sudah akan berlalu dan Sean Gelael pasti amat takjub, karena Jumat merupakan hari pertamanya beraksi dalam kompetisi di sirkuit bersejarah, Monza. 
   Sebagai pebalap termuda, Sean juga merupakan pebalap paling minim pengalamannya di antara 30 pebalap yang akan mengikuti kejuaraan itu. Hampir semua peserta yang berdatangan dari berbagai negara, sudah beberapa tahun mengikuti kejuaraan itu. 
   Setelah tahun lalu mencicipi perlombaan Formula Pilota China, ia melangkah panjang ke jenjang F3 ¿ merupakan jenjang ketiga di bawah balapan tertinggi di dunia ¿ setelah Formula 1 dan GP2. 
   Acara balapan ini menjadi amat berat bagi Sean, apalagi ia harus bolak-balik Eropa-Indonesia, karena ia harus meneruskan studinya. Ia butuh banyak waktu untuk latihan, tapi satu dari dua hari latihan di Monza dibatalkan karena tebalnya salju.

        Tapi ia harus berada di dalam kendaraan Dallara yang dipasok mesin Mercedes itu dan bersama dua teman lainnya dari tim Double R Racing harus siap untuk beraksi pada perlombaan Sabtu dan Minggu. 
   Pada latihan Selasa (19/3),  para pebalap melaju dengan kecepatan rata-rata 260 km per jam, meluncur kencang di atas aspal yang memercikkan salju di bagian kanan dan kiri kendaraan. 
   "Setidaknya, Sean berhasil menemukan irama permainannya," demikian komentar Jeffrey JP dari tim Sean GP.

    Lomba putaran pertama musim ini, dimulai Jumat dengan latihan bebas pagi selama 80 menit, disusul 40 menit berikutnya sebagai babak kualifikasi pada petang hari. Ini penting, karena sebagai penentu posisi grid pada tiga lomba (race) Sabtu dan Minggu. 
   Sirkuit Monza akan menjadi saksi sejarah berawalnya kejuaraan bergengsi itu.

        Autodromo di Monza yang terkenal, tidak jauh dari Milan, merupakan trek tercepat dalam kalender perlombaan FIA Formula 3 European Championship.
        Trek itu mulai digunakan pada 1922 dan menjadi tuan rumah Italian Grand Prix hampir setiap tahun.  Sirkuit ini letaknya amat strategis, dikelilingi pepohonan dan membangkitkan kenangan tentang kemegahan olahraga bermotor sejak zaman dahulu, melalui patung-patung dan bangunannya. 
   Ini merupakan lintasan yang pernah dijajal Sean - di atas Formula Abarth pada tahun lalu - tapi perlombaan Sabtu dan Minggu pasti berbeda dan akan lebih menakjubkan ketika lampu hijau menyala. 

(T.A008/B/A. Budiman/A. Budiman) 22-03-2013 11:31:04

KUSNAN, KONI DKI DAN JAS MERAH Oleh A.R. Loebis

Jakarta, 3/4 (ANTARA) - Tokoh olahraga dari jaman ke jaman, Kusnan Ismukanto, kini sedang sakit tapi suaranya amat lantang saat berbicara tentang kegalauan menjelang Musorprov KONI DKI 2013, malah mengkaitkannya dengan "Jas Merah" Soekarno. 
   "Jangan sekali-kali melupakan sejarah" atau ketika itu biasa disingkat dengan "Jas Merah", merupakan tajuk pidato Ir Soekarno sebelum lengser dari kursi kepresidenan. 
   Pesan singkat itu diungkapkan presiden pertama RI, agar orang tidak melupakan sejarah yang akhirnya berujung menjadi harapan hampa. Sejarah hanya dimaknai dalam urutan tanggal untuk sekadar diperingati sebatas momen seremonial, sehingga makna hakiki peristiwanya jarang atau bahkan sama sekali tak disentuh, kata Bung Karno ketika itu. 
   "Para peserta yang terlibat nanti dalam Musorprov KONI DKI harus Jas Merah alias jangan sekali-kali melupakan sejarah," kata Kusnan, yang menjabat wakil ketua umum KONI DKI, mengomentari pemilihan ketua umum KONI DKI di salah satu hotel di Ancol, 6 April.
        Kusnan saat ini sedang berobat jalan, - karena menderita penyakit kanker, - namun suaranya masih amat lantang ketika berbicara di tengah pertemuan kangen-kangenan dengan wartawan masa lalu di Jakarta, Selasa. 
   Apa pasalnya sehingga mantan ketua umum KONI DKI dua periode awal 90-an ini uring-uringan?
   Pada awalnya ia mambagikan naskah tulisannya dengan judul "Mengapa Musorprov DKI Jakarta Tahun 2013 Memprihatinkan"? Ia mengupas dinamika berdirinya KONI DKI sejak masa Ali Sadikin pada 1967, yang tidak mungkin berjalan sendiri tanpa berafiliasi dengan pemerintah. 
   "Bung Karno memilih Gubernur Ali Sadikin sebagai ketua KONI DKI pada 28 April 1966 karena kemampuannya mengatasi kesulitan dan membawa Jakarta menjadi kebanggaan rakyat," kata Kusnan. 
   "Saya perlu orang yang keras, tegas dan pemberani," kata Bung Karno ketika itu dan Bang Ali pun, kata Kusnan, mengatakan bahwa olahraga ibarat pegangan hidupnya.
        Persiapan kontingen PON VII 1969 di Surabaya, disiapkan Bang Ali dengan serius dan akhirnya Jakarta mendapat medali terbanyak, melebihi jumlah medali tiga propinsi, Jabar, Jateng dan Jatim. 
   Kusnan dengan bersemangat membeberkan sejarah olahraga Jakarta dengan segala sepak terjang kepengurusan dan prestasi yang diraih para atletnya.
        "Saya pecinta olahraga, saya pecinta KONI DKI, gak mungkin saya tinggalkan," katanya. 
   "Saya tidak ingin ada gontok-gontokan menjelang Musorprov 6 April mendatang. Saya tidak ingin ada politisasi dalam organisasi itu," katanya. 
  
Rebutan kursi
   "Banyak orang yang ingin jadi ketua umum KONI DKI, tapi orang yang bagaimana?," kata Kusnan, yang merasa khawatir organisasi olahraga Jakarta itu "jatuh" kepada orang yang salah. 
   Setelah Audy Tambunan mundur sebagai bakal calon ketua umum, lalu muncul manuver ketika Sekretaris daerah  (Sekda) DKI Jakarta Fadjar Panjaitan diusung maju bersaing dengan incumbent Winny Erwindia dan Yudhi Suyoto.
        Pencalonan Fadjar dianggap terbentur dengan kriteria yang dibuat Tim 9 Penjaringan Calon Ketum KONI DKI. Salah satu syarat seseorang bisa mencalonkan diri adalah mereka tidak sedang menjabat sebagai pejabat publik, mengacu kepada Undang Undang No. 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional (SKN) pasal 40.
        Menurut Tim 9,  seperti diberitakan media massa, bila Fadjar tetap maju sebagai calon ia harus sudah tidak menjabat sebagai pejabat publik.
        Calon incumbent Winny Erwindia mengklaim didukung 39 cabor saat mendaftar ke Tim 9, Februari lalu, dan Yudi Suyoto dengan 13 cabang. Fadjar Panjatian yang juga ketua IPSI Pengprov DKI Jakarta mendapat dukungan 11 cabang.
        Dengan demikian, terjadi peluberan dukungan cabor, karena dari klaim ketiga kandidat, jumlahnya mencapai 63, padahal total suara adalah 57 tambah suara KONI wilayah. 
   "Berarti ada suara ganda dan nanti akan diketahui. Konsekuensinya, jika terdapat ganda, maka suaranya hangus," kata Audy Tambunan, salah seorang anggota Tim 9.
        Seorang bakal calon ketua umum minimal didukung 10 cabang olahraga. Terkait pencalonan Fadjar Panjaitan kemungkinan akan terganjal karena terbentur dengan UU Olahraga NO.3 tentang pelarangan pejabat publik rangkap jabatan.
        "Tapi. nanti akan kita periksa dulu, tim 9 pasti meneliti satu-persatu persyaratan untuk lolos verifikasi sesuai klasul yang telah disepakati," ujar Audy.
        Dengan demikian, ada tiga tokoh yang bersaing menuju kursi nomor satu KONI DKI periode 2013-2018, yaitu incumbent Winny Erwinidia yang mengantar Jakarta sebagai juara PON Riau 2012, mantan kepala Dinas Pemuda dan Olahraga DKI Yudhi Suyoto serta Fadjar Panjaitan. 
   Kusnan yang kenyang makan asam garam pengalaman baik di KONI DKI maupun sebagai pengurus di KONI Pusat, kelihatannya amat faham dengan "permainan" yang terjadi di belakang layar menjelang pemilihan ketua umum pada 6 April. 
   Ia khawatir organisasi olahraga itu menjadi landasan berpolitik kalangan yang tidak murni untuk mengurus olahraga, sehingga ia memandang perlu melihat ke belakang dengan moto dan prinsip "Jas Merah" Soekarno, karena orang yang berjiwa besar selalu memandang sejarah sebagai pijakan masa kini menuju keutuhan masa depan. 
   Kusnan Ismukanto, di usia senjanya yang divonis dokter menderita penyakit kanker, bukannya termangu memikirkan penyakitnya, tapi malah tergugah dengan perjalanan organisasi KONI DKI.
        Selamat Musorprov 2013 KONI DKI. 

(T.A008/B/A. Budiman/A. Budiman) 03-04-2013 14:44:08