Monday, April 5, 2010

REKOMENDASI MALANG TANPA PEMAKZULAN Oleh A.R. Loebis

Malang, 31/3 (ANTARA) - Kongres Sepakbola Nasional (KSN) di Malang, Jatim, yang berlangsung `hangat` akhirnya menelorkan tujuh rekomendasi tanpa kata pemakzulan kepada pucuk pimpinan organisasi olah raga tertua di Indonesia itu.

Padahal sebelum KSN dimulai, kata pemakzulan itu menjadi idiom yang akrab di telinga masyarakat umum karena hebatnya opini yang berkembang ke arah itu.

Rekomendasi KSN itu sebetulnya terdiri atas delapan butir, namun butir kedelapan menyangkut diperlukannya membentuk Dewan Sepakbola Nasional yang diisi berbagai unsur di luar PSSI, mendapat kecaman keras dari utusan PSSI sehingga Pimpinan Sidang Agum Gumelar menghapuskannya.

Pada Sidang Komisi A (organisasi), B (Pembinaan) dan C (Dana, umum), kata pemakzulan tidak ada disebut-sebut, kendati sidang Komisi A berlangsung `panas` hingga sekitar pukul 01.00 Rabu dini hari.

Sidang Pleno 2, kemudian dengar pendapat dari unsur PSSI, KONI dan PWI serta peserta khusus, termasuk setelah dibacakan delapan rekomendasi oleh ketua tim perumus Agum Gumelar, juga berlangsung `hangat` karena terjadi silang pendapat antarpeserta sidang.

Kongres sepak bola nasional yang digelar atas permintaan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu mencerminkan ajang `adu pendapat` tingkat tinggi antara peserta kongres di mana unsur peserta dari PSSI tampil amat solid, mengetahui benar masalah yang dihadapinya.

Berbagai pihak termasuk SBY mengatakan bahwa kongres itu murni untuk mencari solusi agar persepakbolaan nasional menjadi `macan` di kancah kompetisi regional dan internasional. Selama kepemmpinan Nurdin Halid yang sudah tujuh tahun, hal itu tidak pernah terjadi sehingga SBY tersentuh dan meminta PWI menjadi fasilitator menyelenggarakan kongres.

Kongres sepak bola ini menjadi perhatian besar publk, karena pencetusnya orang nomor satu di negara ini dan ia tidak meminta induk organisasinya untuk melakukannya langsung, melainkan pihak lain (PWI), sehingga bisa saja menimbulkan `multitafsir`.

Peserta kongres, ahli komunikasi, Effendi Ghazali, dalam sidang pleno pertama sempat mempertanyakan, apakah semua orang yang hadir dalam sidang itu faham arti komunikasi SBY serta apa yang dimauinya dalam memajukan sepak bola nasional itu.

Effendi kelihatannya ingin mengatakan, SBY menginginkan kongres itu tidak saja mengeluarkan rekomendasi tentang restrukturisasi dan reformasi dalam bentuk apa pun di pesepakbolaan nasional, termasuk mencari tokoh berkelayakan di puncak organisasinya. Tapi KSN itu bukan tempat pemakzulan dan pengurus PSSI amat kuat dengan komitmen mereka.

Mantan ketua umum PWI Sofyan Lubis yang ikut dalam sidang komisi A pun mengaku tidak begitu faham ke mana sebenarnya arah kongres itu. "SBY meminta agar sepak bola nasional bangkit, tatapi perjalanan kongres ini tidak dapat difahami ke mana arahnya," katanya.

Nurdin Halid amat siap menghadapi KSN, baik sebelum mau pun ketika kongres berlangsung.

Ketika mengomentari tentang `statuta FIFA` yang diterapkan federasi nasional, ia bahkan balik `menyerang` Ketua Umum KONI Rita Subowo serta Sarman Panggabean, bahkan Agum Gumelar pun sempat dikecamnya karena tidak memasukkan hasil sidang komisi yang dianggapnya cerdas ke dalam butir rekomendasi.



"Atas angin"



Dalam istilah silat, Nurdin berada di `atas angin`, mengetahui langkah lawan dan sekaligus bisa mematikan permainannya. Pihak kontra kemapanan, jelas tidak memiliki strategi dan persiapan khusus untuk memasuki `rumah` PSSI yang amat solid, tidak mempersiapkan tokoh khusus untuk memengaruhi opini peserta sidang.

Presentasi Nurdin yang amat akurat mendapat nilai 95 dari Effendi Ghazali, namun tidak ada yang mempertanyakan kapan `blue print` yang tebal dan berjilid-jilid itu dibuat, kapan mulai diterapkan di lapangan, dikaitkan dengan payahnya prestasi sepak bola nasional dewasa ini.

Seandainya kongres merekomendasikan kongres luar biasa (KLB) pun, mungkin menjadi hal biasa bagi Nurdin, karena KLB itu akan diadakan PSSI dan ia pun akan terpilih lagi bahkan mungkin dengan 100 persen suara, kendati dengan risiko menjadi `musuh` publik sekali pun.

Menpora Andi Mallarangeng ketika menutup kongres itu mengatakan, hasil kongres itu menjadi pegangan pemerintah dan akan dikawal terus dalam mengejawentahkannya dalam usaha membangun sepak bola nasional.

KSN usai sudah, melahirkan tujuh rekomendasi ideal yang secara umum ada pada organisasi olahraga, sehingga kongres itu layaknya seperti kongres PSSI biasa.

Kongres itu memperlihatkan wajah kepribadian manusia secara universal, ingin ada persatuan karena sebenarnya sedang terpecah, bahkan di antara sesama insan media sekali pun.

Hal yang lumrah pula, ketika kongres itu pun akhirnya dihubung-hubungkan dengan nuansa politik yang sedang berkembang, yang mengental pada keberadaan perjalanan KSN hingga 30-31 Maret 2010.
(T.A008/B/H-KWR/H-KWR) 31-03-2010 21:04:04

No comments: