Tuesday, December 20, 2011

NANAN, ADRENALIN DAN F1 Oleh A.R. Loebis

Dalam periode empat tahun kepemimpinan Nanan Soekarna sebagai ketua umum PP Ikatan Motor Indonesia (IMI) 2011-2015, mungkinkan sirkus Formula Satu (F1) diselenggarakan di Indonesia?
Ini adalah pertanyaan dan "mimpi" yang akan terus menjadi "hantu" tantangan bagi Nanan Soekarna yang juga menjabat Wakapolri, sejak ia didaulat sebagai ketua umum IMI pada Munas di Solo, 15-16 Desember silam.
Dalam kampanye menuju puncak kepengurusan organisasi tertua di Indonesia itu -- IMI berdiri pada 27 Maret 1906 dengan nama Javasche Motor Club berpusat di Jalan Bojong 153-156, Semarang,-- Nanan mendengungkan niatnya untuk memboyong F1 ke Indonesia bila terpilih sebagai ketua IMI.
Kini Nanan sudah terpilih, meraih 21 suara, sedangkan saingan beratnya Letjen Hotmangaraja Panjaitan, mendapat 12 suara dan calon lainnya, pereli Johny Pramono, tidak mendapat satu suara pun.
Tiga calon ketua umum lainnya mengundurkan diri. Mereka adalah Adiguna Sutowo, Sadikin Aksa dan Benny Laos, mundur sebelum dimulai penghitungan suara.
Nanan mengatakan kepada media seusai terpilih sebagai orang nomor satu di IMI, ia tetap dengan niatnya untuk mendatangkan F1 ke Indonesia.
"Itu bukan kampanye-kampanyean, saya sengaja menyebutkan itu dalam visi misi saya agar semua orang yang terlibat langsung atau tidak dengan otomotif terpacu adrenalinnya," katanya.
Ia mengatakan akan berusaha membina hubungan dengan segala pihak untuk membantu terwujudnya cita-cita besar itu. "Saya coba menjembatani hubungan dengan pemerintah, kalangan swasta dan perusahaan," katanya, "Saya dengar sebelumnya hal ini sudah dilakukan tetapi belum mendapat respons dari pemerintah." Penyelenggaraan F1 di semua negara tuan rumah, didukung sepenuhnya oleh pemerintah, untuk membantu mendapatkan dana penyelenggaraan yang cukup besar.
Formula One Management (FOM) yang diketuai Bernie Ecclestone menegaskan tidak akan ada GP Inggris karena tidak adanya kesepakatan mengenai tarif yang harus dibayarkan pengelola Sirkuit Silverstone, demikian pula dengan penyelenggaraan di Monaco, yang minta dukungan pemerintah.
Bernie Ecclestone mempertimbangkan untuk meniadakan GP Monako dengan alasan Kerajaan Monako tidak mempunyai dana untuk menyelenggarakan perlombaan itu, padahal Monako telah masuk kalender F1 sejak 1955.
Ecclestone memang sedang mencari negara baru dan mempertahankan kuota jumlah penyelenggara maksimal 20 grand prix. Setelah India dan Amerika ditetapkan masuk dalam kalender F1 untuk dua tahun mendatang, Ecclestone melihat peluang balapan di Rusia dan Afrika Selatan, setelah beberapa negara Asia seperti Malaysia, Singapura, Korea dan India.
Dalam berita media disebutkan, biaya untuk menggelar F1 2010 sudah sebesar 12 juta euro atau sekitar 173 milyar rupiah untuk satu musim dan tiap tahun ada kenaikan sekitar tujuh persen.
Sebagai bayangan, penyelenggaraan F1 Turki sekitar 13 juta dolar. Permintaan sebesar 24 juta dolar menjadi perhitungan promotor lokal dan pemerintah Turki. Pemerintah negara ini tentu sudah faham betapa megahnya negara tuan rumah penyelenggara F1, baik dari segi pemasukan negara dan sebagai investasi pariwisata yang luar biasa, karena menjadi perhatian banyak negara.
Indonesia, pada suatu saat, bisa saja menjadi salah satu tuan rumah penyelenggara F1, bila sirkuitnya diakui, ada dana penyelenggaraan yang cukup, penonton yang memenuhi standar keinginan FOM, termasuk tentu saja infrastruktur pendukungnya.
Kepentingan negara Untuk menjadi tuan rumah penyelenggara F1, yang pasti adanya turun tangan pemerintah dan event ini menjadi kepentingan pemerintah, seperti halnya menyelenggarakan SEA Games atau pesta olahraga internasional lainnya.
Intinya bagaimana menggelorakan semangat "Indonesia Bisa" seperti di SEA Games lalu, bukan hanya semangat "IMI pasti bisa", karena ini butuh waktu, tenaga, pikiran, dana dan penggalangan kesatuan dan persatuan semua pihak yang berkelayakan.
Nana ketika memberikan sambutan di Solo, mengatakan, ia berharap semua "intrik" yang ada sebelum pemilihan ketua umum IMI, agar dihapuskan dan semua pihak bersatu untuk membangun IMI.
"Saya bergetar mengutarakan hal ini, karena saya berbicara dari hati saya, bukan hanya dari mulut," kata Nanan, yang harus arif bersama tim formatur lainnya dalam menyusun kepengurusan lima tahun ini, yang kelihatannya akan membawa beberapa gerbong berbeda dalam susunan personil timnya.
Adiguna Sutowo yang mundur dari pencalonan dirinya, mengatakan, ia surut demi kebaikan di IMI yang baru. "Tidak ada maksud lain, kecuali menginginkan adanya kemajuan di tubuh IMI. Pengurusnya nanti dipertanyakan orang, apakah mereka untuk otomotif atau otomotif untuk mereka," kata mantan atlet dan mantan ketua IMI DKI itu.
Ricardo Gelael, mantan atlet otomotif yang sebelumnya juga diiming-iming agar terjun mengurus organisasi komunitas mereka itu, menyebutkan, tugas berat di depan pengurus IMI baru, sehingga program kegiatan termasuk penggalian dana harus diutamakan.
"Sekarang sudah tidak ada pemasukan dari pengurusan SIM Internasional. Jadi harus cari dana sendiri, harus ada perombakan pemikiran dalam menyusun dan menjalankan program," kata Ricardo, yang menyarankan dalam IMI dibentuk semacam badan kompetisi seperti badan liga dalam sepak bola.
"Harus ada yang khusus mengurus kompetisi melalui promotor nasional. Harus ada humas yang handal mengurus suara organisasi ke dalam dan ke luar hingga ke tingkat internasional, karena IMI bukan hanya mengurus otomotif, tapi juga pariwisata dan berbagai singgungan sosial masyarakat lainnya," kata Ricardo, juara nasional reli 2006.
Nanan dan Hotma, dua jenderal yang besaing paling ketat dalam pemilihan ketua umum IMI, dalam kampanye mereka diusung tim sukses dari berbagai kalangan otomotif yang namanya sudah dikenal masyarakat. Demikian pula dengan Adiguna.
Suasana sebelum pemungutan suara di Solo sebenarnya cukup "panas" tapi tidak sampai terakumulasi keluar dan inilah mungkin yang dimaksud Nanan agar bila ada "intrik' harus dihapuskan sejak ia terpilih sebagai ketua umum organisasi itu.
Bila persatuan dan kesatuan dapat digalang, semoga niat baik Nanan untuk mendatangkan F1 ke Indonesia dapat terejawentahkan, apalagi ia sudah menggugah adrenalin para pemangku kepentingan otomotif dengan keberanian mengatakan F1 merupakan mimpinya sejak masuk ke kantor IMI di Senayan. (KlikHeadline)
Sumber: ANTARA
Foto: google.com

No comments: